BAUBAU,SENTILNEWS.COM - Sebanyak 11 dapur, terdiri atas tujuh dapur operasional dan empat dapur yang tengah dalam tahap persiapan, mengikuti pelatihan penjamah makanan di Hotel Rajawali, Kota Baubau, Sabtu (20/9/2025). Kegiatan yang digelar Badan Gizi Nasional RI ini bertujuan memperkuat pemahaman higienitas dan sanitasi dalam program makan bergizi gratis (MBG).
Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah III Badan Gizi Nasional RI, Enny indarti, S.STP., M.S.i, dalam sambutannya melalui keterangan video, menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta. Ia menegaskan, pelatihan penjamah makanan merupakan salah satu langkah penting untuk menjaga keberlangsungan program yang telah dicanangkan pemerintah.
“Program ini adalah program terbaik dan tercepat dari Bapak Presiden Prabowo dan Gibran. Pelatihan penjamah makanan ini merupakan upaya kami untuk memitigasi risiko keracunan sekaligus memastikan proses di dapur SPPG berjalan sesuai standar higienis,” ujar Enny.
Enny menambahkan, kegiatan serupa akan terus berlanjut di masa mendatang. Badan Gizi Nasional berkomitmen meningkatkan kompetensi relawan dan karyawan dapur agar layak memperoleh sertifikasi higienis. “
Ke depan, seluruh dapur SPPG akan diarahkan untuk memiliki sertifikasi resmi, bahkan layak memperoleh penghargaan dari Badan Gizi Nasional,” katanya.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa tata kelola program MBG akan terus diperbaiki secara bertahap. Harapannya, tujuan besar mencetak generasi emas Indonesia 2045 bisa terwujud.
“Kami ingin memastikan output generasi emas itu tercapai dengan maksimal,” imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Wilayah SPPG Kota Baubau, Hamirudin ST, M.Han., menjelaskan bahwa pelatihan kali ini fokus pada prinsip higienitas dan sanitasi bagi seluruh karyawan dapur MBG.
“Tujuannya jelas, untuk meningkatkan kualitas SDM agar para penjamah makanan memahami standar kebersihan, keamanan pangan, serta mampu mencegah potensi kejadian luar biasa,” kata Amir.
Amir menambahkan, kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dari instansi terkait, mulai dari Dinas Lingkungan Hidup kota Baubau, Dinas Kesehatan, Badan POM Baubau, BPJS Ketenagakerjaan, hingga Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) Kota Baubau. Dengan keterlibatan banyak pihak, pelatihan diharapkan menjadi ajang pembelajaran menyeluruh yang langsung menyentuh kebutuhan di lapangan.

Sementara itu Asisten II Kota Baubau, Mohamat Abduh, S.TP., M.Si., yang mewakili Wali Kota Baubau, menegaskan bahwa pelatihan penjamah makanan ini merupakan langkah penting dalam upaya pemenuhan gizi nasional, sekaligus menyiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045.
“Pelatihan ini tujuannya untuk pemenuhan gizi nasional dalam rangka menciptakan generasi emas 2045. Jadi kita berikan gizi untuk anak-anak kita. Tarolah misalkan penerima manfaatnya adalah anak-anak usia 7 sampai 12 tahun, maka mereka inilah yang nantinya akan menjadi pelaku pembangunan dan pengisi Indonesia Emas pada tahun 2045,” ujarnya.
Abduh menekankan bahwa sejak dini, pemenuhan gizi harus benar-benar diperhatikan. Jika kebutuhan gizi anak-anak tidak sesuai standar, dikhawatirkan mereka tidak akan mampu bersaing dengan generasi dari negara lain.
“Bisa dibayangkan kalau para pelaku pembangunan di 2045 gizinya loyo-loyo, tidak sesuai standar. Bagaimana kita bisa bersaing dengan bangsa lain? Karena itu pemerintah, melalui arahan Bapak Presiden Prabowo, sudah menekankan pentingnya pemberian gizi bagi anak-anak sejak usia dini. Tujuannya jelas, untuk menyiapkan Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Ia juga mengakui bahwa di tahun-tahun awal pelaksanaan program ini masih banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari keterbatasan pengetahuan tentang gizi, kurangnya higienitas dalam pengolahan bahan dan peralatan dapur, hingga pengelolaan manajemen yang belum maksimal. Karena itu, pelatihan semacam ini dipandang sangat penting sebagai bagian dari capacity building atau peningkatan kapasitas bagi para karyawan dapur.

Lebih lanjut, Abduh juga menyinggung pengalaman beberapa waktu lalu terkait permasalahan teknis di lapangan yang sempat terjadi dalam penyelenggaraan program. Menurutnya, kejadian tersebut tidak perlu disalahkan kepada pihak tertentu, melainkan dijadikan pelajaran berharga agar kualitas program semakin baik.
“Beberapa waktu lalu kita mendengar ada kejadian. Saya kira ini menjadi pembelajaran. Tidak perlu saling menyalahkan, tetapi kita ambil hikmahnya untuk perbaikan bersama,” katanya.
Ia menutup sambutannya dengan penegasan dukungan penuh terhadap program MBG (Makan Bergizi Gratis). Menurutnya, gizi yang baik adalah pondasi sebelum meningkatkan kapasitas otak anak bangsa.
“Saya meyakini program ini luar biasa. Sebelum kita bicara soal peningkatan kapasitas otak anak-anak, kita harus perbaiki dulu gizinya. Intinya, kita sangat mendukung program ini. Untuk itu, saya berharap para karyawan dapur MBG mengikuti pelatihan ini dengan sungguh-sungguh agar manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh anak-anak penerima manfaat,” pungkasnya.