BUTON,SENTILNEWS.COM - Aroma masakan tercium begitu kuat saat tim SentilNews tiba di Dapur Saragi. Di balik kesibukan para pekerja yang sibuk menyiapkan ratusan boks makanan bergizi, ada semangat baru yang tumbuh, bukan hanya untuk memastikan asupan sehat bagi anak-anak, tetapi juga untuk menggerakkan roda ekonomi lokal di Buton.
“Alhamdulillah, sejak launching pada 10 Juni lalu, jumlah penerima manfaat Dapur Saragi sudah mencapai sekitar 3.155 orang. Bisa lebih, bisa kurang, tergantung dari laporan dari masing-masing sekolah setiap hari,” ujar Juliawan, Kepala SPPG Dapur Saragih, saat ditemui media SentilNews di lokasi selasa (15/7/25).
Ia melanjutkan dapur saragih saat ini menangani 31 sekolah, mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, hingga SMA. Ia menyebut, jangkauan program ini akan diperluas seiring waktu.
“Ke depan, target kita menyentuh juga ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Karena pemenuhan gizi tidak boleh hanya fokus ke anak sekolah saja,” tambahnya.
Menu yang disajikan pun tidak monoton, tiap hari bermacam macam.
“Kami buat bervariasi, tergantung hari. Harapannya, anak-anak tidak hanya makan enak, tapi juga terbiasa dengan makanan bergizi seimbang,” jelas Juliawan sambil menerangkan daftar menu setiap harinya.
Ia menekankan, program ini bukan program main-main.
“Ini adalah program nasional, dan kami tidak berjalan sendiri. Dukungan dari pemerintah pusat dan daerah sangat besar. Mereka benar-benar punya atensi terhadap program ini,” tegasnya.
Selain berdampak pada kesehatan anak-anak, keberadaan dapur ini juga membuka peluang kerja bagi warga sekitar.
“Satu dapur seperti ini bisa menyerap tenaga kerja hingga 50 orang. Semuanya dari daerah sendiri, bukan dari luar. Bayangkan kalau semua dapur di Kabupaten Buton ini sudah aktif, maka ratusan orang bisa bekerja,” paparnya.
Tak hanya menyerap tenaga kerja, Dapur Saragih juga memberi angin segar bagi pelaku usaha kecil. Mulai dari pemasok beras, telur, ayam, galon air, hingga bumbu masakan semuanya kita ambil dari pelaku UMKM lokal. Jadi tidak hanya dapurnya yang hidup, tapi juga ekonomi sekitar kita ini.
Menurut Juliawan, nelayan lokal pun kini ikut terdampak positif.
“Untuk saat ini kami gunakan ikan marlin dan tuna. Ke depan, bisa saja berkembang ke jenis ikan lain, tergantung situasi dan pasokan yang ada,” ujarnya.
Ia pun berharap, masyarakat khususnya petani dan nelayan dalam melihat peluang ini sebagai ruang kolaborasi.
“Saya titip pesan ke para petani. Tanam sayur-sayuran seperti kol, wortel, toge, kacang panjang, pepaya, pisang, dan lain-lain. Insya Allah, kami akan beli. Yang penting kualitas dan kontinuitasnya baik,” katanya.
Untuk nelayan, ia menyebut pentingnya menjaga kualitas dan hasil tangkapan.
“Kami ingin program ini bisa jadi rumah bagi semua. Bukan hanya untuk makan bergizi, tapi juga menghidupkan produksi lokal,” imbuhnya.
Saat ini, baru Dapur Saragi yang aktif. Namun Dapur Awainulu disebut sedang dalam proses persiapan.
“Tunggu saja, dalam waktu dekat, dapur-dapur lain juga akan mulai bergerak dan akan menghidupkan ekonomi lokal,” pungkas Juliawan.